وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26)
Kalian tau? hehe nggak ya, kan belum aku kasih tau :P jadi ceritanya kemarin aku nyuci baju, beberapa waktu yang lalu sih, waktu ngejemur baju, dengan fikiran kosong aku melamun. Aku mengingat perkataan suamiku pagi itu, dia bertanya kenapa tomat dan bayam yang kami tanam belum juga tumbuh? malah yang tumbuh rumput. aku jadi mengingat ladang pertanian tomat dan bayam, aku pernah melihatnya saat didesa, hanya berbeda petak dengan padi, tebu, jagung dan cabai.
Kalau diingat-ingat lagi, setiap kali kita menanam padi, ataupun bunga, atau tanaman apapun, pasti akan selalu ada rumput yang menyertai tanaman itu, entah rumput itu sangat kecil, atau bahkan ilalang yang tinggi.
Sering kali kita kesal melihatnya, misalnya saat aku dan suamiku menanam bayam, namun banyak rumput yang turut tumbuh bersamanya, oke aku tidak kesal karena aku menganggap itu wajar, tapi tetap saja mengganggu.
Tapi itulah sifat tanah. Saat kita menanaminya dengan sesuatu yang baik, yang jelekpun akan ikut tumbuh. Begitu juga dengan dengan sifat manusia. tidak hanya zat-zat yang terkandung dalam tubuh kita saja yang serupa dengan tanah, namun sifat alami kita sebagai manusiapun sama dengan tanah.
Yaitu saat kita menanam kebaikan, akan ada sedikit keburukan yang menyertainya, walau wajar, tapi sangat mengganggu jika kita menyadari keberadaan keburukan itu dalam diri kita.
Misalnya saja, seseorang yang mendatangi masjid untuk sholat kemudian mengaji 1 juz, saat ia pulang, ia menceritakan kebaikan yang telah ia perbuat itu kepada adiknya dengan niatan agar adiknya ikut melakukannya juga. Namun sebenarnya tanpa ia sadari ada sedikit kebanggaan dan rasa ingin dianggap alim dalam hatinya, tanpa ia sadari ia tela menjadi riya'.
Tapi kita manusia, yang diberi akal, dan salah satu tujuan Allah memberikan kita akal adalah agar kita bisa mengenali diri kita sendiri. Seperti petani yang rajin menyiangi tanamannya agar tumbuh subur dan menghasilkan buah yang baik. Maka dengan akal kita menyiangi keburukan yang menyertai kebaikan yang kita tanam, agar kebaikan kita tumbuh subur dan membuahkan kebaikan.
Rajin-rajin menyiangi keburukan kita, adalah bagian dari bersyukur atas akal yang di berikan Allah pada kita. Allah menyukai orang-orang yang bersyukur. [] Rain
0 komentar:
Posting Komentar